Anjal dan Manusia Silver Kabur dari Makassar, Tertangkap di Pangkep dan Sidrap!

oleh -27 Dilihat
oleh
WhatsApp Image 2025 07 18 at 21.00.51
Kepala Dinas Sosial, Andi Bukti Djufrie/Photo Akbar Snici mediasulsel.id

mediasulsel.id Makassar,— Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Sosial terus menunjukkan keseriusannya dalam menangani persoalan anak jalanan (anjal) dan manusia silver yang kerap mengganggu ketertiban dan kenyamanan di ruang publik. Penanganan yang makin masif membuat sebagian besar dari mereka memilih meninggalkan Kota Makassar dan menyebar ke daerah-daerah terdekat.

Fenomena ini terungkap setelah adanya laporan dari Dinas Sosial Kabupaten Pangkep dan Sidrap terkait penangkapan sejumlah manusia silver yang mengaku berasal dari Makassar. Di Pangkep, ditemukan satu keluarga manusia silver berjumlah tujuh orang. Sementara di Sidrap, dua orang lainnya juga mengaku berasal dari kota yang sama.

“Kemarin kami terima informasi dari Dinsos Pangkep, ada satu keluarga manusia silver, tujuh orang, yang ternyata asalnya dari Makassar. Lalu dikembalikan ke sini dan langsung kami arahkan ke shelter Limposos,” ungkap Kepala Dinas Sosial Kota Makassar, Andi Bukti Djufrie, saat ditemui di kantornya. 18 Juli 202

Menurutnya, perpindahan ini terjadi karena semakin ketatnya ruang gerak bagi anjal dan manusia silver di Makassar. Hal ini tak lepas dari rutinnya kegiatan sosialisasi dan penjangkauan yang dilakukan Dinsos bersama tim gabungan di titik-titik rawan.

“Selama sebulan terakhir ini kami intens melakukan edukasi kepada masyarakat. Sembilan titik rawan kita sasar setiap Selasa dan Kamis, antara lain di kawasan Bandara, Jalan Haji Bau, Sudirman, BTP, dan wilayah-wilayah strategis lainnya yang sering dijadikan lokasi mangkal oleh anjal,” jelas Andi Bukti.

Ia menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan bukanlah dalam bentuk penangkapan paksa, melainkan penjangkauan yang dibarengi pendekatan persuasif. Masyarakat pun terus diajak untuk tidak memberi uang kepada para pengemis di jalan, karena pemberian uang dinilai justru memperpanjang praktik ini.

“Masyarakat kalau kasih Rp2.000 itu kecil, tapi kalau semua orang kasih, kan besar. Ini yang harus dihentikan. Karena semakin sering dikasih, semakin banyak yang muncul,” ujarnya.

Dinas Sosial Kota Makassar saat ini juga telah menerapkan kebijakan baru dalam proses pembinaan. Jika sebelumnya mereka yang terjaring bisa langsung keluar dalam waktu singkat, kini mereka akan diarahkan ke Limposos Barombong, sebuah tempat penampungan dan pembinaan yang disediakan oleh pemerintah kota, yang lebih luas dan layak dibanding fasilitas sebelumnya.

“Sekarang tidak lagi langsung dikeluarkan. Mereka kita bawa ke Limposos Barombong, kita data, dan kita lakukan pembinaan. Kita beri pelatihan agar mereka punya keterampilan. Setelah itu kita bantu sambungkan ke pelatihan yang tersedia di LPK-LPK Disnaker. Kalau butuh bantuan peralatan dan modal, kita hubungkan ke Dinas UMKM,” terang Andi Bukti.

Langkah ini, menurutnya, adalah bentuk komitmen Pemkot Makassar untuk tidak hanya menertibkan, tetapi juga memberdayakan dan menciptakan solusi jangka panjang. Kolaborasi antardinas menjadi kunci agar eks anjal dan manusia silver bisa berdaya secara ekonomi, tanpa harus kembali ke jalan.

“Kami berharap masyarakat ikut mendukung. Jangan beri ruang bagi anjal dan pengemis untuk bertahan di jalan. Kita ingin mereka hidup lebih baik, punya keterampilan, dan mandiri. Itu tujuan besar kita,” tutupnya.