, ,

Cerita Arham Selo: Belajar Komunikasi dari Dosen Unik di Tiga Negara

oleh -337 Dilihat
oleh
WhatsApp Image 2025 05 25 at 19.46.24 scaled
Arham Selo, Sekretaris Jurusan Jurnalistik UIN Alauddin Makassar/DOK IST

Makassar — Pengalaman belajar lintas negara tak hanya memperkaya wawasan akademik, tapi juga memberi pelajaran berharga tentang makna komunikasi itu sendiri. Itulah yang dirasakan Arham Selo, Sekretaris Jurusan Jurnalistik UIN Alauddin Makassar, yang membagikan kisah inspiratifnya melalui kanal YouTube pribadinya.

Dalam video tersebut, Arham mengungkapkan bagaimana para dosen dari Indonesia, Malaysia, hingga Selandia Baru membentuk pemahamannya tentang komunikasi — bukan melalui teori semata, melainkan lewat gaya mengajar dan perhatian yang tulus.

Di Selandia Baru, ia bertemu dua dosen asal Jepang: Miyako dan Masako. Ibu Miyako dikenal sebagai pribadi ceria, penuh energi, dan sangat ekspresif dalam berinteraksi dengan mahasiswa. Sebaliknya, Ibu Masako tampil dengan ketenangan dan kelembutan yang menenangkan. Dua karakter yang bertolak belakang itu justru menciptakan harmoni dalam suasana kelas. “Kontras yang saling melengkapi. Saya belajar bahwa komunikasi juga soal ritme dan perasaan,” ujar Arham.

Sementara di Malaysia, Arham mengenang sosok Profesor Cikye, dosen asal Tiongkok yang telah menetap lama di sana. Salah satu kebiasaan uniknya: membawa camilan ke kelas sebelum pelajaran dimulai. Terdengar sepele, tapi bagi Arham, itu adalah bentuk komunikasi simbolik yang menciptakan rasa nyaman dan keakraban. “Bukan soal makanannya, tapi perhatian kecil seperti itu yang membuat kelas jadi hangat,” katanya.

Namun, pengalaman paling membekas datang dari sosok Profesor Fauzia, dosen pembimbingnya selama studi doktoral. Dengan gaya mengajar yang santai dan bersahabat, Profesor Fauzia kerap menunjukkan perhatian di luar ruang kelas. Ia sering mentraktir makan bersama, bahkan tak sungkan mengantar buah ke asrama mahasiswa. “Rasanya seperti punya keluarga sendiri di negeri orang,” kenang Arham dengan nada haru.

Menurut Arham, teori komunikasi bisa jadi seragam di berbagai tempat. Namun, cara menyampaikannya, nilai-nilai yang dibawa, serta empati yang ditunjukkan dosen terhadap mahasiswa, itulah yang menjadikannya bermakna. “Saya belajar bahwa komunikasi bukan cuma soal kata-kata. Ia hidup dalam tindakan dan rasa,” tutupnya.