mediasulsel.id – Makassar — Pemerintah Kota Makassar mematangkan rencana Sarana Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT) untuk menata kabel listrik dan telekomunikasi ke bawah tanah. Langkah ini dibahas dalam rapat koordinasi bersama PT Tiga Permata Bersinar di Balai Kota, Kamis (25/9).
Wali Kota Munafri Arifuddin memimpin rapat didampingi Sekda Andi Zulkifly Nanda. Sejumlah OPD terkait hadir, termasuk Dinas PU, Distaru, Dishub, Pertanahan, DPMPTSP, Diskominfo, PDAM, dan camat setempat.
Fokus: Ducting 6 Ruas, Target Kota Rapi
Pemkot menargetkan penataan bertahap pada 16 ruas jalan. Tahap awal dimulai awal 2026 untuk enam ruas strategis, antara lain Jalan Boulevard, Pengayoman, Haji Bau, dan Sultan Hasanuddin. Tujuannya: menghilangkan kabel udara, meningkatkan keselamatan, serta memperindah wajah kota.
“Perencanaan kerja sama harus jelas agar program berkelanjutan dan tidak menimbulkan monopoli. Jika terpenuhi, Pemkot akan menggandeng provider dan investor lain di ruas berbeda,” ujar Munafri.
Aturan Main Baru: Bukan Sewa, tapi Retribusi
Sekda Zulkifly menegaskan proyek berbasis investasi pihak ketiga, tidak hanya APBD. Mengacu Permendagri 7/2024, pemanfaatan infrastruktur terintegrasi tidak lagi memakai skema sewa, melainkan retribusi daerah.
Kewenangan pengelolaan mengikuti pemilik aset jalan; Dinas PU menjadi leading sector.
“Forum kerja sama dengan investor tetap berjalan agar mekanisme investasi dan retribusi sesuai regulasi pusat,” kata Zulkifly.
Rincian Teknis: Pipa HDPE 6 Inci, Manhole Tiap 50 Meter
Komisaris PT Tiga Permata Bersinar Ricky Fandi memaparkan desain ducting: kedalaman ±1,5 meter, handhole/manhole tiap 50 meter, pipa HDPE Ø 6 inci berisi mikrodukt 3 jalur—akses, backbone, dan distribusi—dengan proyeksi kapasitas 5–6 tahun.
Metode galian trenching minim bukaan; opsi boring dipertimbangkan sesuai kondisi lapangan.
Koordinasi dilakukan dengan PDAM dan PLN untuk mencegah tumpang tindih jaringan. Tantangan spesifik muncul di Haji Bau (pipa PDAM tak terdokumentasi) dan Sultan Hasanuddin (jalur IPAL sejajar rencana ducting).
Anggaran & Timeline
Tahap pertama membentang sekitar 15 km dengan estimasi biaya Rp33,4 miliar (± Rp2,1 miliar/km atau Rp2,1 juta/m). Nilai dapat berubah mengikuti metode galian dan material.
“Skema ini ibarat ‘jalan tol’ menuju smart city. Minat provider tinggi, termasuk pemain luar negeri. Pengaturan kapasitas dan retribusi perlu presisi agar rapi sekaligus optimal bagi PAD,” ujar Ricky.