mediasulsel.id – Jakarta – Presiden Prabowo Subianto menyoroti praktik pemberian tantiem atau bonus besar kepada komisaris perusahaan yang dinilainya tidak wajar. Hal itu ia sampaikan dalam pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR RI 2025.
Prabowo mengungkapkan ada komisaris yang hanya rapat sebulan sekali namun menerima tantiem hingga Rp40 miliar. Ia menilai praktik seperti ini membuat publik bingung karena istilah “tantiem” sendiri jarang dipahami masyarakat umum.
“Saya pun tidak mengerti apa artinya tantiem itu. Itu akal-akalan mereka saja agar kita bingung, tidak mengerti. Masak ada komisaris rapat sebulan sekali dapat 40 miliar sebulan sekali tantiemnya,” ujar Prabowo.
Prabowo menegaskan dirinya sudah memerintahkan danantara agar direksi tidak menerima tantiem jika perusahaan merugi. Menurutnya, keuntungan yang menjadi dasar pemberian bonus harus nyata dan bukan hasil rekayasa laporan keuangan.
“Kalau rugi, tidak perlu ada tantiem. Kalau untung pun harus untung benar, bukan akal-akalan. Kalau komisaris keberatan, silakan mengundurkan diri,” tegasnya.
Tantiem adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada direksi atau komisaris, biasanya diberikan setahun sekali. Besarannya bisa mencapai miliaran rupiah, tergantung keuntungan perusahaan. Prabowo menilai, kebijakan ini harus adil dan masuk akal agar tidak membebani keuangan perusahaan maupun negara.
Prabowo juga menegaskan bahwa praktik bisnis di BUMN maupun perusahaan swasta harus berorientasi pada kinerja dan efisiensi, bukan pada pemborosan anggaran untuk memberikan fasilitas mewah bagi pejabatnya. Ia berharap langkah ini bisa memulihkan kepercayaan publik terhadap pengelolaan perusahaan.
