Mediasulsel.id – Makassar – Muhammad Iqbal, seorang penulis yang sedang menggarap buku berjudul Lelaki Cantik di Ruang Lingkup Akademis, menyoroti fenomena unik terkait penampilan rambut gondrong di lingkungan akademis. Ide buku ini berawal dari pengalamannya saat berambut panjang, yang kerap mendapat perhatian dari teman-temannya di kampus. Melalui buku ini, Iqbal mengajak pembaca merenungkan berbagai stereotip dan peraturan penampilan di kampus, terutama bagi laki-laki yang memilih berambut gondrong.
Iqbal menjelaskan bahwa rambut gondrong, meski dianggap sebagai salah satu bentuk ekspresi diri, seringkali dihadapkan pada aturan ketat dari institusi akademis. “Pelarangan rambut gondrong di kampus sering diperdebatkan. Kampus beralasan, hal ini dilakukan untuk menjaga disiplin dan kerapian, tetapi banyak mahasiswa merasa kebijakan ini menghambat kebebasan berekspresi,” tulisnya.
Dalam bukunya yang terinspirasi dari karya Aria Wiratma Yudhistira berjudul Dilarang Gondrong, Iqbal menguraikan bahwa peraturan yang melarang rambut gondrong cenderung berbasis stereotip negatif. “Rambut gondrong bukanlah simbol ketidakpatuhan atau acuh terhadap aturan. Bahkan, banyak tokoh intelektual dan seniman terkenal yang berambut panjang sebagai bagian dari identitas mereka,” tambahnya.
Lebih lanjut, Iqbal menyoroti pengalaman pribadinya yang pernah dipaksa memotong rambut demi mengikuti perkuliahan. Bagi Iqbal, aturan ini membatasi kebebasan individu dan mencerminkan bias terhadap penampilan fisik. Ia menganggap, kampus seharusnya menjadi ruang yang mendukung kebebasan ekspresi dan menilai mahasiswa bukan dari penampilan, tetapi dari kualitas intelektual dan moral mereka.
Sebagai penutup, Iqbal berharap bahwa dunia akademis dapat bertransformasi menjadi lingkungan yang lebih inklusif, di mana keragaman ekspresi dihargai dan mahasiswa diberi kebebasan mengekspresikan diri selama tidak mengganggu proses pembelajaran. Menurutnya, generasi muda perlu dididik untuk melampaui stereotip dan lebih menilai seseorang berdasarkan kontribusi intelektual serta karakter moral, bukan pada aspek penampilan superfisial./**