Maros – Festival budaya Gau Maraja 2025 resmi dibuka dengan semarak di Kabupaten Maros. Lebih dari 5.000 peserta ikut ambil bagian dalam Kirab Budaya, yang menjadi pembuka rangkaian perayaan Hari Jadi ke-66 Kabupaten Maros. Ribuan warga dan tamu dari berbagai daerah disuguhi penampilan memukau dari peserta kirab yang mengenakan busana adat dari beragam suku dan etnis.
Kirab dimulai dari Rumah Jabatan Bupati Maros dan berakhir di Lapangan Pallantikang, dengan jarak tempuh sekitar tiga kilometer. Tak hanya masyarakat, jajaran pejabat juga turun langsung ke jalan, termasuk Bupati Maros Chaidir Syam, Wakil Bupati Murtazim Mansyur, serta unsur Forkopimda, semua tampil kompak dalam balutan pakaian adat.
“Kirab ini lebih dari sekadar perayaan. Ini adalah bentuk penghormatan pada kekayaan budaya kita, dan cara untuk menyatukan berbagai elemen masyarakat,” ujar Chaidir.
Keberagaman terlihat nyata, mulai dari perwakilan kerajaan lokal, komunitas etnis Melayu, hingga tamu dari Jepang dan sejumlah daerah seperti Bone, Sidrap, dan Luwu Timur.
Festival ini semakin spesial dengan kehadiran Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, yang hadir membuka beberapa agenda penting, termasuk Simposium Internasional yang digelar di hari kedua. Simposium ini diikuti 540 peserta dari 12 negara dan menghadirkan para ahli arkeologi dunia, termasuk tim dari Australia yang pernah menemukan situs purba di kawasan Leang-Leang.
Sebelumnya, Fadli Zon juga membuka Pameran Bilah Pusaka di Baruga Kantor Bupati Maros. Acara dilanjutkan dengan pembukaan Festival Budaya Gau Maraja Leang-Leang, yang menjadi puncak perayaan HUT Maros tahun ini.
Pembukaan ditandai dengan simbolis penabuhan gendang oleh Menteri Fadli Zon, didampingi Wakil Gubernur Sulsel Fatmawati Rusdi, Bupati, serta para tokoh daerah.
Dalam sambutannya, Fadli menyoroti pentingnya harmoni antara budaya dan alam. Ia menyebut Leang-Leang sebagai salah satu ikon megadiversity Indonesia, dan lokasi lukisan gua tertua di dunia.
“Leang Karampuang mencerminkan identitas bangsa besar. Ini warisan dunia yang perlu dijaga,” tegasnya.
Festival Gau Maraja 2025 menunjukkan bahwa Maros tidak hanya kaya alam, tetapi juga memiliki warisan budaya yang layak diperhitungkan secara global.
Penulis : Sakti