mediasulsel.id — Paus Leo XIV disebut-sebut membawa nuansa baru dalam kepemimpinannya, meskipun secara prinsip tidak banyak berbeda dengan pendahulunya, Paus Fransiskus. Hal ini disampaikan oleh Romo T. Krispurwana Cahyadi, Direktur Pusat Spiritualitas Girisonta, dalam sebuah webinar yang digelar oleh Ikatan Alumni Filsafat Teologi (IKAFITE) pada Minggu (11/5/2025).
Menurut Romo Krispurwana, perbedaan yang mencolok antara kedua paus terletak pada gaya pendekatannya terhadap isu-isu krusial, seperti persoalan LGBT dan konflik di Gaza. Jika Paus Fransiskus dikenal dengan pendekatan yang lebih terbuka dan inklusif terhadap komunitas LGBT, maka Paus Leo XIV yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Robert Francis Prevost, cenderung bersikap lebih hati-hati.
Romo Krispurwana menyebut bahwa Paus Leo XIV tampak lebih moderat dan tenang. Ia lebih memilih untuk mendengarkan dan tidak banyak membuat pernyataan terbuka. Sikap ini juga tercermin dari keterbukaannya dalam berdialog dengan kelompok konservatif, termasuk pertemuannya dengan Kardinal Raymond Burke—salah satu tokoh yang kerap mengkritik Paus Fransiskus—sebelum pemilihan paus berlangsung.
Perbedaan latar belakang juga menjadi sorotan. Paus Fransiskus berasal dari Ordo Jesuit, sedangkan Paus Leo XIV tidak berasal dari ordo tersebut. Hal ini turut memengaruhi gaya pastoral dan pendekatan mereka terhadap berbagai isu Gereja dan dunia.
Mengenai konflik di Gaza, Romo Krispurwana mengatakan bahwa publik masih menantikan pernyataan resmi Paus Leo XIV yang kemungkinan besar akan disampaikan dalam pertemuannya dengan Korps Diplomatik. Meski demikian, dalam misa di Lapangan Santo Petrus pada Minggu (11/5/2025), Paus Leo XIV telah menyuarakan seruan untuk menghentikan kekerasan di Gaza maupun Ukraina.
