Petani muda di Desa Soso, Kabupaten Blitar, mulai menggarap lahan hasil redistribusi Reforma Agraria.

oleh -17 Dilihat
oleh
WhatsAppImage2025 12 21at15.26.39
Catur Edy memperlihatkan greenhouse yang dibangunnya untuk budidaya melon di Desa Soso, Blitar.

mediasulsel.id – Blitar — Program Reforma Agraria di Desa Soso, Kabupaten Blitar, tak hanya mengubah status kepemilikan tanah warga. Program ini juga memunculkan gelombang petani muda yang mulai kembali menggarap lahan sendiri, setelah sebelumnya banyak pemuda bekerja sebagai buruh harian di tambang pasir atau perkebunan.

Salah satu petani muda, Aris Setiawan (37), mengatakan perubahan paling terasa ada pada pola kerja dan pendapatan. Menurutnya, dulu banyak pemuda memilih jadi buruh tambang pasir karena mudah dapat upah harian, meski nilainya terbatas.

banner DPRD Makassar 728x90

“Kalau dulu ya jadi buruh penambang pasir. Tapi sekarang, banyak yang bertahan jadi petani karena kalau ikut orang nambang itu kan cuma mengandalkan upah harian. Kalau bertani sendiri, hasilnya kita ambil sendiri. Pendapatan jadi lebih baik, peningkatannya sangat luar biasa,” kata Aris.

Pada 2022, Kementerian ATR/BPN melalui Kantor Pertanahan Kabupaten Blitar menerbitkan sertipikat hasil redistribusi tanah seluas 83,85 hektare. Aris menjadi salah satu dari 528 keluarga penerima Sertipikat Hak Milik dari program tersebut.

Kembalinya pemuda ke pertanian, kata Aris, bukan cuma soal uang. Anak muda juga membawa ide baru dalam memilih komoditas. Ia menilai petani senior cenderung menanam tanaman yang itu-itu saja seperti singkong dan jagung.

“Kalau petani senior biasanya nanamnya cuma singkong sama jagung. Tapi, pemuda itu kreatif, nggak mau terpaku itu-itu saja. Maunya nanam yang lain juga, cabai, tembakau, apa saja yang hasilnya lebih,” ujarnya.

Contoh lain datang dari Catur Edy (39). Ia mengaku ingin mencoba hal berbeda setelah memiliki kepastian lahan. Catur membangun greenhouse dan mencoba menanam melon, komoditas yang sebelumnya belum umum dibudidayakan petani di Desa Soso.

“Saya ingin yang beda. Tidak mau nanem yang itu-itu saja,” kata Catur.

Inovasi seperti ini dinilai memperkuat regenerasi petani. Selain menjaga keberlanjutan lahan, variasi komoditas juga membuka peluang nilai jual yang lebih tinggi. Dengan tanah kembali ke tangan warga, anak muda disebut punya alasan lebih kuat untuk menetap dan mengembangkan usaha pertanian.

Catur menilai Reforma Agraria memberi dasar yang lebih kokoh bagi ekonomi keluarga. Ia berharap manfaatnya bisa berlanjut ke generasi berikutnya.

“Saya merasa program Reforma Agraria ini sangat bermanfaat dan berkelanjutan. Mata pencaharian meningkat, dan bisa terus berlanjut ke depan, ke generasi berikutnya,” ujarnya.

Ia juga berharap kelompok tani yang baru terbentuk, Kelompok Petani Soso Bintang Bersatu, bisa makin solid dan profesional.

“Harapan kita supaya bisa berkembang lebih besar lagi, lebih solid antar petani muda dengan petani senior. Karena, kelompok tani ini baru terbentuk, jadi masih perlu diperkuat, dan terus bertumbuh,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.